chicken litle

chicken litle

Selasa, 17 Januari 2012

Tanpa Judul

Orang yang sudah tua
Tidak akan memikirkan bagaimana cara katak terbang
Tapi orang yang masih muda
Malah dipusingkan dengan masalah
Yang membuat otak mengalami mengalami penyakit malaria

Apakah dunia ini adil??????????
Adalah sebuah tanda tanya besar
Dimana sebuah bukit yang tinggi
Dapat memuntahkan sesuatu
Yang mengakibatkat fatalnya suatu eksekusi kehidupan
Apakah penting seorang profesor belajar?
Mengisi otak yang sudah penuh
Merupakan perbuatan paling mutakhir di dunia
Namun apakah memang harus seperti itu?
Kalau kau belum bisa mengajari hati kita
Untuk apa kita mengajari otak kita
---Ai chi L---A

Hidup Tak Sebatas yang Kau Pikirkan

Hidup tak sebatas yang kau pikirkan kawan
Jalan begitu panjang
Dan banyak yang kau tak ketahui
Akupun begitu
Hidupku begitu sempit jika kau tahu
Kadang aku berpikir
Dimana saat ini aku berdiri
Kenapa aku ada disini
Apa yang harus aku lakukan
Dan masih banyak lagi pertanyaan serupa yang ada di benaku
Ingin sekali kutemukan dunia yang aku inginkan
Dunia yang penuh senyum
Penuh tawa
Tanpa tangis dan duka
Dimana???????
Yah di sana……Di tempat terdalam dalam jiwa ini
Dan tak ada seorangpun yang tau
Kecuali “dewa rucimu”
Dan aku akhirnya tahu
---Ai chi L---

Rabu, 11 Januari 2012

Lebih Dari 100 Surat Suara Gugur Dalam Pemilihan HMPS P. Mat UAD 2012 (Apa Yang Terjadi?)

Serangkaian agenda pemilihan ketua dan wakil ketua hmps Pendidikan Matematika yang dilaksanakan oleh Panitia Pemiliah (PANLIH) dengan partisipasi seluruh warga P.Mat UAD  diakhiri dengan agenda pamungkas yaitu perhitungan suara hasil pencoblosan. Acara yang dilaksanakan di ruang 216 kampus III UAD ini berlangsung cukup lancar. Satu demi satu surat suara dibacakan dan di cek sah atau tidaknya oleh sakasi dan akhirnya perolehan suara dimenangkan oleh pasangan no.1  Nurhidayat dan Yolmita Deni yang akhirnya menjadi Ketua dan Wakil Ketua HMPS Pendidikan Matematika 2012.
Sekilas tak ada yang istimewa dari acara yang berlangsung kurang lebih 3 jam itu. Namun menilik kembali jumlah surat suara yang terhitung sedikit membuat miris para civitas akademik. Pasangan no 1 mendapatkan jumlah suara sebanyak 290 suara. Pasangan no 2 sebanyak 142 suara. Sedangkan surat suara yang gugur berjumlah 129 suara dan yang abstaint 2 surat suara.
129 surat suara gugur. Sungguh mencengangkan. Apa yang sebenarnya terjadi? Setelah dipastikan kepada yang bersangkutan ternyata ada lebih dari satu alasan mengapa bisa ada sebanyak itu surat suara yang tidak sah. Ada yang berkata hal ini dikarenakan kurangnya sosialisai kepada pemilih sehingga banyak pemilih yang salah prosedur dalam pencoblosan. Namun hal ini disanggah oleh panitia pemiihan. “Kami telah melakukan sosialisasi, namun mungkin belum maksimal jadi masih banyak kesalahan dalam pemilihan, kesadaran dari pemilih juga kami rasa kurang dalam berpartisipasi memilih ketua dan wakil ketua HMPS ini”, tutur salah seorang panitia. “Sebenarnya kami juga kewalahan dan kesulitan dalam menentukan lipatan surat suara agar nantinya pada saat pencoblosan kita bisa meminimalisir kesalahan, disini juga letak kesalahan kami, namun kami sudah berusaha sebaik mungkin dan semoga kedepanya bisa lebih diperhatikan lagi mengenai hal ini”, tambahnya.
Lipatan surat suara memang menjadi hal yang sangat riskan dalam kesalahan prosedur pencoblosan. Dan dalam hal ini sosialisasi menjadi hal yang sangat penting agar persentase kesalahan dapat seminimal mungkin.
Jika surat suara yang gugur sebanyak itu karena terdapat lebih dari satu coblosan pada surat suara maka untuk menghindari kesalahan yang sama mungkin dalam pemilihan berikutnya bisa dilakukan dengan cara yang lain semisal dengan mencontreng atau yang lain, yang kemungkinan gugurnya lebih sedikit. Sosialisasi kepada pemilih pun harus ditingkatnkan. Kalau biasanya hanya disosialisaikan pada saat kampanye melalui lisan saja, selanjutnya mungkin bisa dibuat pamflet tata cara pemilihan dan lain sebagainya.
Surat suara gugur dalam suatu pemilihan itu adalah hal yang sudah tidak asing lagi. Jadi kedepanya semoga dapat diantisipasi jauh-jauh hari sebelum pemilihan tiba. Dipikirkan cara-cara terbaik dan semoga surat suara-surat suara gugur selajutnya tidak sebanyak yang kita tahu saat ini. (Ai_ )

Selasa, 10 Januari 2012

Berawal dari sebuah kegalauan ( tercipta sebuah sejarah yang tak berulang)


Segelintir kisah yang ingin ku bagi karena aku terlalu sayang untuk tidak mengabadikan kisah ini. Sebuah kisah yang aku sebut berawal dari sebuah kegalauan. Yah, malam itu, 3 January 2012 tepatnya, suatu hal yang aku tidak menyangka dan tidak kurencanakan terjadi. Di luar dugaan ku juga kisah ini mengalir seiring matahari yang tak kian datang.
Malam di hari ke tiga di tahun 2012 ini, aku goreskan selembar kisah hidupku bersama keluarga baruku, Rina dan Sidik. Mereka berdua yang merangkai cerita menemaniku menghabiskan malam hingga pagi menjelang. Sungguh tak kuduga, bersama mereka aku dapatkan banyak pelajaran yang bahkan belum sempat aku menelusurinya.
Di tengah hujan yang turun semakin deras, ketika seorang satpam kampus telah mendatangi kami untuk segera pulang. Hal itu tak menyurutkan kegalauan kita malam itu. Di tengah gerimis yang sedikit tidak bersahabat itu, kita melaju ke sebuah tempat dimana kita dapat melanjutkan apa yang kita sendiri tidak tahu. Di sebuah tempat yang aku tahu namanya adalah strawberi kita lanjutkan gurauan malam itu hingga hari berganti.
Tempat singgah pun tak mengijinkan kita untuk berbincang lebih lama lagi. Tengah malam dua motor berwarna putih dan biru melaju menuju sebuah bangunan untuk sekedar mengulur waktu dan beribadah. Yah, masjid Uzlifatul Jannah menjadi saksi sholat isya’ kita pagi itu.
Ingin rasanya berlama-lama di masjid yang sudah tak ada tanda-tanda kehidupan disana karena larutnya malam. Namun masalah gender ternyata menyudutkanku dan seorang temanku, Rina. Kegalauan kembali terjadi ketika kita bermaksud pulang ke tempat masing-masing. Dan akhirnya kita putuskan untuk pulang bila adzan subuh sudah berkumandang. Lalu kita berpikir. Kemana kita akan menghabiskan malam ini?
Sedikit rasa cemas aku lihat dari wajah yang sudah agak mengantuk itu. Rasa sedikit takut dan berbagai rasa lainya mungkin. Ingin tertawa sebenarnya, tapi aku lebih suka ikut merasakan kecemasanya.
Jalanan yang mulai sepi dengan kendaraan yang biasanya memenuhi setiap sudutnya membawa kita menuju sebuah tempat yang tidak asing lagi. Sebuah lampu jalan yang tak begitu terang menyinari tiga orang yang dengan kenekatanya ngobrol ngalor ngidul agak sedikit tidak jelas.
Akhirnya kata demi kata terangkai dari mulut satu persatu dari mereka. Berbagai cerita perjalana hidup, suka, duka, argumentasi, pendapat, kritik, saran, lelucon tak henti-hentinya mewarnai sunyi yang semakin sepi.
Tanpa terasa, telinga ini mendengar suara adzan yang seakan menyuruh kita untuk segera meninggalkan tempat itu. Enggan sebenarnya untuk beranjak meninggalkan sisa-sisa embun yang sedikit demi sedikit mulai pudar. Tapi harus bagaimana lagi, sebuah tugas yang aku pikir  akan sedikit melelahkan telah menanti kita esok hari.
Tempat di pojok jalan, di bawah redup sinar lampu jalanan, di trotoar seberang sebuah tanah lapang dengan sidikit orang yang ada disana seakan membawa kita menuju sebuah kisah baru yang perlu dicatat dalam perjalanan hidup ini. Yah, alun-alun kidul menjadi saksi sejarah kita bertiga mengahabiskan pagi itu. Ai, Rina, Sidik.
Senang bisa mengenal kalian. Terima kasih atas cerita-cerita yang telah tertutur dari hati kalian. Terima kasih telah memberi warna yang berbeda dalam gerimis malam itu. Terima kasih atas pelajaran yang kalian berikan walau kalian tak menyadarinya. Tanpa kalian, malam itu tidak akan menjadi sejarah. Dan tanpa kalian aku tidak akan bisa merangkai kata demi kata ini.
Sidik, Rina, terima kasih. Semoga persaudaraan kita kian mantap.
Aku tunggu kisah-kisah berikutnya bersama kalian.
3-4 January 2012
Ai Chi L