chicken litle

chicken litle

Kamis, 22 Desember 2011

Untukmu Ibu, hari ini dan selamanya



Di tengah suara adzan subuh yang berkumandang sahut menyahut diluar sana. Seorang anak manusia duduk di depan komputer untuk menuliskan sebuah cacatan kecilnya. Dengan memainkan  jari-jarinya di atas huruf-huruf keyboard, kata demi kata ia rangkai menjadi kalimat-kalimat yang menurutnya bisa memberi sebuah pengalaman bagi siapa yang nantinya akan membaca. Walau catatan  nantinya hanya dia yang tahu, itu tak pernah menjadi masalah baginya.
Anak itu, sembari menikmati alunan lagu-lagu yang syairnya sudah tak asing lagi di telinganya, sesekali merenung. Mungkin memikirkan kata-kata apa lagi yang akan ia rangkai untuk menjadi sebuah kisah yang ia inginkan. Terlihat sedikit ragu ketika ia menuliskan beberapa kata untuk memulai catatan ini. Namun selanjutnya semua mengalir bagai angin ynag berhembus dengan sedikit penghalang di sebelah jendela kamarnya.
Seketika anak itu tergugah, ketika ia melihat kalender di komputernya. Hari ini hari Kamis, 22 December 2011. Yah, ia sadar bahwa hari ini adalah hari ibu. Hari untuk semua wanita Indonesia yang telah banyak berjasa terutama untuk keluarganya. Dan terlihat dari raut wajahnya, sepertinya ia sedang dalam kebingungan yang sudah agak akut. Setelah diselidiki ternyata dia punya satu keinginan yang ia sendiri yakin hari ini tidak akan terwujud. Satu keinginan yang tulus dari hati, satu keinginan yang datang tanpa dibuat-buat, satu keinginan yang ia sangat berharap itu terjadi, yah satu keinginan sederhana dari seorang anak manusia. Ia ingin pulang menemui san Bunda tercinta yang ada di rumah sana.
Sedikit terharu ketika tahu keinginan sederhananya. Betapa anak itu merasa sangat bersalah, merasa sangat sedih, ketika untuk menemui sang bunda saja harus benar-benar meluangkan waktunya. Bukan maksud tidak mau, namun keadaan berkata demikian. Ia sibuk. Mungkin seperti itu. Aktivitas-aktivitas yang ia jalani membuat ia jarang menengok rumah. Tak seperti ia dulu yang setiap minggu bisa bekrkumpul bersama keluarga tercintanya di rumah.
Sungguh hanya sebuah kata maaf yang mampu ia ucapkan ketika mengingat sang bunda yang sudah sangat berjasa hingga ia bisa menjadi seperti sekarang ini. Terimakasih tak henti-hentinya ia sampaikan untuk sang bunda. Walau hari ini ia tak bisa menatap wajah orang yang sangat ia rindukan, namun ia selalu berdooa.
Dengan sisa-sisa ide di kepalanya, anak itu terus menuliskan apa yang ada di dalam benaknya saat itu. Ia mulai merasa menjadi orang yang sangat kecil, ia merasa terlalu banyak kesalahan yang  telah ia perbuat kepada bunda. Ia tak tahu bagaimana harus membalas jasa yang begitu besar, jasa yang ia berikan dari anak itu belum lahir ke dunia hingga ia sekarang menjadi seorang mahasiswa.
Anak itu seketika sadar, betapa sombongnya ia sampai-sampai untuk menengok sang bunda saja tak ada waktu. Namun ia berusaha nenangkan hatinya. Ia mencoba berpikir positif. Bahwa disini, ia tak sedang menjauhi bunda, tak bermaksud untuk tidak selalu ada disampingya. Namun disini, ia sedang berjuang untuk membuat seulas senyum di wajah yang saat ini semakin menua. Disini ia sedang belajar bagaimana membalas jasa-jasa sang bunda yang tak mungkin kita bisa membalasnya karena terlalu banyak. Yah disini ia berjuang untuk sang bunda yang ada nun jauh disana.
Di hari ibu ini, walaupun ia tak bisa pulang. Doa untuk bunda selalu terucap dari mulut kecilnya yang kadang malu untuk meminta kepada Allah karena sudah terlalu banyak permintaan. Doa-doa teruntuk bunda yang jauh disana, yang ia harap Allah akan mengabulkan doa=doanya.
Waktu semakin bergulir hingga anak kecil itu sampai pada bait-bait puisisnya yang khusus ia persembahkan untuk sang bunda, yang ia beri judul “untukmu ibu, hari ini dan selamnya”.

Bunda
Doakan anakmu yang sedang berjuang ini
Berjuang melawan diri sendiri
Berjuang mengalahkan diri sendiri
Berjuang mempertahankan diri sendiri
Berjuang untuk membuatmu tersenyum
Bunda
Tahukah engkau
Disetiap sujud langkahku,
Namamu selalu terselip di sekian doa permohonanku
Senyum wajahmu yang tak pernah pudar
Menemaniku melangkah menggapai mimpi
Dan mengantarku terlelap menuju alam bawah sadarku
Bunda
Sedang apa kau disana sekarang?
Apakah kau merindukan ananmu ini?
Pertanyaan yang seharusnya tak aku tulis disini
Karena itu hanya akan menyakitimu
Bukan begitu bun?
Bunda
Masih sabarkah kau menungguku kembali ke rumah?
Tentu saja
Aku yakin setiap hari kau tak pernah putus untuk mendoakan ku
Walau aku jauh disini
Tapi aku yakin kau selalu mengingatku
Bunda
Maafkan anakmu ini
Yang mungkin terkadang lupa mendoakanmu
Sungguh betapa teganya aku bun,
Namun sungguh aku tidak bermaksud demikian
Aku selalu menyayangimu
Aku selalu menghormatimu
Aku selalu merindukan tawamu
Bunda
Ingin rasanya aku menangis di pelukmu
Ingin rasanya aku bersujud di pangkuanmu
Banyak kisah ingik aku bagi denganmu bun,
Yah, memang kini aku telah tumbuh dewasa
Bukan anak kecil yang masih minta antar pipis
Aku sadar itu
Tapi bukan berarti aku sudah bisa hidup sendiri
Nasihat nasihat mu selalu kunantikan
Bahkan aku rindu saat saat kau memarahiku jika aku salah
Aku tahu, sangat tahu
Marahmu itu bukan berarti kau membenciku
Tapi karena rasa sayangmu yang begitu besar
Hingga kau tak tega membiarkanku dalam kesalahan
Bunda
Tak cukup beribu ribu kata
Untuk melukiskan rasa sayangku
Aku hanya bisa berdoa
Semoga kau disana selalu dalam lindunganNya
Senantiasa tersenyum apapun yang terjadi
Doakan anakmu yang sedang mencari salah satu jalan
Untuk membuatmu bahagia
Bunda
Masih banyak kata yang ingin ku tulis disini
Namun aku terlalu kecil untuk mengungkapkan semuanya
Aku kangen bunda
Aku rindu canda tawamu
Aku rindu nasihatmu
Aku rindu rasa kesalmu
I love you bunda
Selamat hari ibu, untukmu ibu, hari ini dan selamanya

Anakmu yang nakal
---Ai chi L--- 22/12/2011 04:24am